Blog ini untuk menampilkan dunia penulisan dan karya-karya tulis SATRIYA NUGRAHA,SP ; baik yang sudah dimuat di media massa, dimuat www.kompasiana.com maupun belum dimuat, merupakan wadah bagi pemuda dan komunitas untuk berbagi info dan berbagi ilmu kepenulisan, mengangkat penulis sebagai sebuah profesi, penulis adalah Konsultan Ekowisata, Wirausaha Mesin Abon Ikan CV.FIVASS General Trading Kota Malang,Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah Provinsi Jawa Timur 2014-2019.
Sabtu, 19 Mei 2012
Penanganan Gempa 8,5 SR Pasca Pilkada Aceh 2012
Oleh : Satriya Nugraha, SP
Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI
Dari Provinsi Jawa Timur 2014-2019
Konsultan Ekowisata,Konsultan Evaluasi Lahan Pertanian
Wirausaha Mesin Abon Ikan “BONIK” CV FIVASS GENERAL TRADING
KOTA MALANG
satriya1998@gmail.com ; satriya1998@yahoo.com
Gempa bumi terjadi dengan kekuatan besar mengguncang Pulau Aceh diduga pusat gempa berada kedalaman 10 kilometer dari Pantai Timur Lhoksemuawe, Rabu, 11 April 2012 pukul 15.38 wib, menurut BMKG gempa tersebut berkekuatan 8,5 Skala Richter. Getaran Gempa terasa sampai Provinsi Sumatera Utara, Padang Sumatera Barat dan sekitarnya.Menurut Agung Mulyo (2005), pada hakikatnya gempa bumi adalah getaran atau serentetan getaran dari kulit bumi yang bersifat tidak abadi dan kemudian menyebar ke segala arah. Sesungguhnya kulit bumi bergetar secara periodik walaupun relatif sangat kecil. Getaran tersebut tidak dikatakan sebagai gempa bumi karena sifat getarannya terus-menerus. Jadi suatu gempa bumi harus mempunyai waktu awal dan waktu akhir yang jelas. Ilmu yang secara khusus mempelajari gempa bumi dinamakan seismologi.
Kita bisa mencari lokasi yang representatif dan aman dari getaran gempa. Paling tidak, lokasi dekat dengan kebutuhan sembako, fasilitas umum mandi cuci kakus (MCK), cukup sinar matahari dan tidak berdesak-desakan. Misalnya bunker, tenda pengungsian, bangunan milik sanak famili di luar kota. Jangan berlindung di bangunan dekat pinggiran sungai meskipun aman, berlindung di bangunan yang dekat hutan yang berlereng atau pun berlindung di bangunan dengan sekitarnya memiliki kepadatan penduduk yang tinggi. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika getaran gempa bumi terjadi :mempersiapkan mental setelah shock, periksa apakah ada luka-luka di sekujur tubuh, mencegah gelas yang pecah, periksa api kompor, periksa saluran gas, air dan saluran listrik, pindahkan saluran penerima telepon dan pakai telepon hanya untuk keperluan mendadak dan menghindar segera dari bangunan yang mudah rubuh.
Faktanya, sebuah sekolah di Mexico City pada gempa bumi tahun 1985, dimana semua anak berlindung di bawah meja masing-masing. Semua anak remuk sampai ke tulang mereka. Mereka mungkin dapat selamat apabila berbaring di samping meja masing-masing di lorong. Pada saat itu, murid-murid diajarkan untuk berlindung di bawah sesuatu. Pada skala 7 SR, batu bata dan keramik pecah berkeping dan pada skala 8 SR, langit-langit runtuh dan lantai yang basah menjadi retak serta bangunan rumah bisa bergeser pondasinya. Jadi kita berhati-hati dalam memilih bangunan sebagai tempat perlindungan. Kalau pun, kita tidak menemukannya, bisa mendirikan tenda darurat sambil menunggu pertolongan relawan atau pun tim SAR dan sebagainya.
Kemudian setelah kita keluar bangunan, kita sebaiknya tidak melewati jalan utama yang ramai kendaraan bermotor. Hal ini untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan akibat kendaraan yang saling ingin mendahului. Apabila kita sudah berada di jalur keramaian ketika terjadi getaran gempa bumi, jangan memaksa untuk keluar jalur keramaian. Kepanikan adalah reaksi berantai dan berlarilah menuju tempat keluar yang jauh dari orang-orang terluka atau tempat yang menyebabkan kematian. Perlahan-lahan bergerak dari tempat yang mudah dijatuhi benda dari atas bangunan.
Kita bisa menghubungi polisi supaya mereka terjun mengatur arus lalu lintas ke lokasi perempatan atau yang rawan kemacetan. Bisa dilakukan apabila lampu merah mati atau rubuh. Juga kita bisa menghindari jalanan yang retak atau ambles akibat gempa bumi mengingat ketahanan tanahnya terkadang tidak mampu menahan beban mobil atau pun kendaraan berat lainnya. Orang-orang yang berada di dalam kendaraan akan tertimpa apabila jalanan di atasnya runtuh dan meremukkan kendaraan; ini yang ternyata terjadi pada lantai-lantai jalan tol Nimitz. Korban dari gempa bumi San Fransisco semuanya bertahan di dalam kendaraan mereka dan banyak korban meninggal dunia. Mereka mungkin dapat selamat dengan keluar dari kendaraan dan berbaring di sebelah kendaraan mereka. Semua kendaraan yang hancur memiliki ruangan kosong yang aman setinggi 1 (satu) meter di sampingnya, kecuali kendaraan yang tertimpa langsung oleh kolom jalan tol. Jadi apabila melewati jalan told an terjadi getaran gempa, usahakan berhenti sebentar menepi jalan dekat tanah lapang supaya tidak timbul kemacetan.
Langkah-langkah berikut ini bisa dipertimbangkan ketika membawa persediaan makanan : Tidak membeli makanan yang membuat kita kehausan. Pilih makanan ringan yang bebas garam, sereal gandum dan makanan kaleng dengan kadar air tinggi, Stok makanan kaleng, makanan siap saji dan makanan yang tidak memerlukan pendingin, banyak air dan persiapan khusus. Kita bisa menyediakan makanan tersebut cukup banyak. Catatan : Pastikan termasuk sebuah pembuka kaleng manual. Termasuk persediaan makanan khusus orang diet apabila ada anggota keluarga yang menjalani program kesehatan diet
Kemudian bagi pengungsi yang terletak di desa terpencil sebaiknya membuat tenda pengungsi seperti terbuat dari kain bekas, terpal atau anyaman bambu dan lokasinya yang dekat dengan sumber air. Apalagi apabila mereka lokasinya secara geografis jauh dari keramaian sehingga jarang pasokan makanan memadai. Sedangkan bagi pemilik bangunan yang rubuh sewaktu terjadi bencana gempa bumi, bisa menghubungi pendapa kabupaten/kota untuk administrasi pendataan rumah yang rubuh. Siapa tahu pemerintah daerah bisa membantu sebagian biaya untuk pembangunan rumah nantinya. Kita berpikir positif terhadap proaktif dan kepedulian pemerintah daerah. Perlu diketahui, pembangunan rumah pasca gempa bumi cukup vital bagi masyarakat yang rumahnya rubuh. Paling tidak, rumah sederhana dengan standar layak dan kesehatan minimal. Pihak kelurahan atau desa bisa membantu mempermudah proses administrasi masyarakatnya yang rumahnya rubuh.
Misalnya pembangunan rumah di Aceh, pemerintah daerah segera merespon pembangunannya dengan dana bantuan dari komunitas Internasional, masyarakat Indonesia yang memberikan sumbangan baik melalui media visual maupun media cetak. Hanya saja, kami menghimbau pembangunan rumah perlu memprioritaskan bagi masyarakat yang kurang mampu dan manula. Mereka sudah tidak berdaya sandang, pangan dan papan. Terlepas dari pemerintah daerah dalam pembangunan tersebut secara bertahap. Untuk jangka panjang, masyarakat dan pemerintah perlu memikirkan dan melaksanakan, bagaimana rumah tahan gempa di kawasan rawan bencana gempa bumi - yang bisa dilakukan secara massal- tidak rumit dan terjangkau bagi masyarakat. Menurut Puslittbang Permukiman, Balitbang Pekerjaan Umum Pusat (Jawa Pos, Juni 2006), sedang mengembangkan konsep rumah tahan gempa untuk Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah. Rumah tahan bencana gempa bumi itu disebut ”RISHA” (rumah instan sederhana sehat).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar